E-Mandiri

Opini

The Power of Personal Branding: Jalan Menuju Puncak Karier

27 Jun 2025

“Kesempatan lebih suka datang kepada mereka yang terlihat siap,” ungkap Sherly Annavita, seorang kreator konten asal Indonesia. Di era digital yang serba cepat dan kompetitif, personal branding bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Personal branding adalah cara kita membangun citra diri dan kesan yang ingin kita tinggalkan di benak orang lain, baik melalui keahlian, perilaku, maupun aktivitas di dunia digital. Ini penting tidak hanya untuk influencer atau pengusaha, tapi juga bagi kita para mahasiswa. 

Ada yang percaya bahwa keahlian adalah segalanya. Namun, di dunia profesional saat ini, muncul pertanyaan: mana yang lebih penting antara keahlian (skill) atau personal branding? Dalam era digital, kedua komponen ini sangat penting dan saling melengkapi. Keahlian memberikan kualitas, sementara personal branding membantu keahlian tersebut mendapatkan pengakuan dan apresiasi yang layak. Contohnya, mahasiswa yang mahir dalam public speaking, aktif membagikan pengalamannya di media sosial serta memiliki portofolio yang bagus, cenderung lebih sering diundang sebagai pembicara dalam kegiatan seminar kampus dibandingkan mahasiswa lain yang tidak membangun personal branding. Di sini, kita dapat simpulkan bahwa keahlian yang diimbangi dengan personal branding akan membantu kesuksesan karier lebih maksimal dan membuka peluang yang lebih besar.

Secara umum, personal branding dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:                             

- Altruist, orang yang dikenal karena komitmennya untuk membantu sesama. Demi mewujudkan komitmen tersebut, banyak dari mereka yang mendirikan yayasan atau terlibat aktif dalam kegiatan sosial.

- Careerist, orang yang mementingkan perkembangan profesional yang bertujuan untuk meningkatkan peluang di dunia kerja, biasanya jenis personal branding ini sering dijumpai di platform LinkedIn.

- Hipster, orang yang suka mencoba hal-hal baru dan membagikan ke publik, namun tetap ingin tampil unik serta tidak mengikuti arus tren yang umum atau viral.

- Boomerang, pernah melihat konten yang menimbulkan kontroversi? Kemungkinan besar orang tersebut sedang mengeksekusi personal branding jenis boomerang, yang memicu diskusi melalui topik-topik yang provokatif.

- Connector, individu yang senang membangun jaringan dan komunitas, serta sering memperoleh validasi sosial. Biasanya dilakukan oleh influencer atau penggerak komunitas.

- Selective, orang yang memiliki topik khusus dan menyampaikan informasi yang disesuaikan dengan minat audiens tertentu. Umumnya diterapkan oleh pelaku bisnis. 

 

Dari beberapa jenis personal branding tersebut, kita akan membahas lima langkah awal untuk mulai membangun personal branding sebagai mahasiswa. Persiapan ini penting agar kita siap bersaing di dunia profesional.

Langkah pertama, kenali diri kamu sendiri. Mengenal diri tidak hanya berarti mengetahui siapa kita, tetapi juga memahami secara mendalam minat, tujuan hidup, kelebihan, dan kekurangan kita. Dengan pemahaman ini, kamu bisa mulai merancang bagaimana cara menonjolkan keunikan diri dan membedakan dirimu dari yang lain.

Kedua, aktif di media sosial. Mulailah dengan mengatur nama akun, bio, atau deskripsi secara profesional. Unggah konten foto atau video secara teratur di platform seperti Instagram dan TikTok. Manfaatkan juga komunitas online seperti LinkedIn untuk memamerkan portofoliomu. Portofolio bisa berisi sampel karya, proyek, atau sertifikat prestasi.

Ketiga, mengikuti organisasi atau komunitas. Jika kamu sudah mengetahui minat dan kemampuanmu, bergabunglah dengan organisasi kampus yang relevan. Organisasi dapat menjadi wadah untuk mengembangkan minat, sekaligus memperkuat personal branding kamu secara tidak langsung.

Keempat, konsisten membangun personal branding. Jangan patah semangat dan terus kembangkan potensi diri, karena apa pun yang dijalankan dengan sepenuh hati dan teratur akan membuahkan hasil yang maksimal. 

Kelima, asah keterampilan dengan kursus. Sebelum memasuki dunia profesional, kamu dapat mengikuti kursus, seminar atau webinar untuk menambah portofolio dan membekali diri. Dengan terus belajar dan mengasah keterampilan, kamu akan lebih percaya diri menghadapi tantangan dunia kerja.

Ketika memulai personal branding, mungkin akan muncul rasa takut gagal, dikomentari negatif, malu, dan tidak percaya diri. Namun, hal-hal tersebut di luar kendali kita. Jangan sampai pendapat orang lain menghalangi langkahmu. Kunci utamanya adalah percaya diri dan berani memulai, bahkan dari langkah kecil seperti berbagi pengalaman atau wawasan di media sosial. Dari sana, orang-orang akan mulai mengenali keunikan dirimu.

 

Daftar Komentar

Beri Komentar

*Email anda tidak akan kami tampilkan

UKM Jurnalistik @2022, All Right Reserved