Di balik semarak kompetisi dan deretan alat canggih yang dipamerkan dalam ajang ELCCO 2025, yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Udayana, terdapat kisah inspiratif dari sekelompok mahasiswa Politeknik Negeri Bali (PNB) dari jurusan Teknologi Informasi yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Robotika.
Salah satu anggota tim, Safira Nayla Ramadhani, mengatakan bahwa ia terinspirasi dari para senior di UKM Robotika yang sering membuat alat-alat inovatif dan sukses meraih kemenangan. Melihat hal tersebut, timbullah keinginannya untuk ikut berkompetisi dan membangkitkan semangat anggota UKM lainnya. Berpartisipasi dalam ajang lomba ini menjadi bagian dari upaya memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat melalui teknologi.
Inovasi yang dibawa oleh tim berupa sistem deteksi jalan rusak berbasis computer vision yang dikombinasikan dengan Internet of Things (IoT). Dimana, sistem dirancang untuk memantau kondisi jalan secara otomatis. Fungsi kamera berguna untuk mendeteksi kerusakan jalan dan sensor GPS mencatat titik koordinat lokasi tersebut. Kedua data itu akan dikirim ke aplikasi yang dapat diakses oleh pihak berwenang, seperti Dinas Perhubungan. Dengan demikian, proses monitoring jalan dapat dilakukan dengan lebih cepat, efisien, dan hemat biaya tanpa perlu mengerahkan banyak personel untuk melakukan survei lapangan.
Proyek ini dikembangkan sejak bulan Januari, dengan pengujian yang berlangsung dari Februari-Maret. Uniknya, proyek ini merupakan bagian dari topik skripsi Safira sendiri. Ia memanfaatkan kompetisi ini sebagai ajang uji coba sebelum mengembangkannya lebih lanjut. Dengan semangat eksploratif dan visi yang jelas, tim ini menunjukkan bagaimana kompetisi bisa menjadi batu loncatan untuk riset yang lebih dalam.
Namun, selama perjalanan yang mereka lewati dan beberapa rintangan yang dihadapi. Tantangan terbesar yang dialami oleh Safira dan timnya adalah melakukan pelabelan dataset. Mereka harus membuat dan memberi label pada 1.000 gambar jalan berlubang satu per satu. Menurut Safira, tidak ada teknik khusus yang digunakan selama masa persiapan, yang penting adalah semangat untuk terus belajar dan tidak menyerah.
Safira juga membagikan pengalamannya saat pertama kali mengikuti kompetisi sebelumnya. Ia pernah mengalami berbagai kegagalan, mulai dari robot meledak dua hari sebelum lomba, dinamo mati sehari sebelum lomba, hingga alat yang masih mengalami gangguan satu minggu sebelum kompetisi dimulai. Pengalaman tersebut sempat membuatnya berpikir untuk berhenti ikut lomba. Namun disisi lain, ia merasa jika bukan dirinya yang melanjutkan semangat dari kakak-kakak robotika, siapa lagi yang akan memberikan motivasi kepada adik-adik di UKM?
Bagi Safira dan timnya, kemenangan bukanlah segalanya. Akan tetapi, mereka percaya bahwa pengalaman, proses belajar, serta relasi yang dibangun selama lomba jauh lebih berharga daripada sekadar membawa piala. Dengan semangat tersebut, mereka ingin terus melanjutkan langkah mereka di bidang teknologi baik melalui kompetisi, maupun dengan melanjutkan studi.
Dengan membaca jurnal, mencari tutorial, dan membuka diri terhadap ide-ide adalah kunci dalam menciptakan karya yang inovatif. Ia juga mengingatkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Optimisme dan ketekunan dalam menghadapi tantangan akan memberikan hasil yang berharga di masa depan, meskipun hasil itu tidak selalu datang secara instan.
Dengan demikian, mereka berharap menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya keluarga besar UKM Robotika. Bahwa setiap usaha dan kerja keras pasti akan membuahkan jejak yang berarti, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat luas. (rst, agy, nrs, ayt, pdi)
Media sosial kini menjadi panggung terbuka bagi setiap individu untuk...
Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita bekerja....
Di era digital yang serba cepat ini, mahasiswa dituntut bukan...
Berawal dari kegemarannya memotret menggunakan kamera handphone saat duduk di...
“Great things never came from comfort zones.” Kalimat sederhana ini...
Perkembangan teknologi kendaraan listrik tidak lagi terbatas pada industri otomotif...
Era digital adalah era yang tercipta berkat adanya kemajuan teknologi...
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi di...
Di balik semarak kompetisi dan deretan alat canggih yang dipamerkan dalam ajang ELCCO 2025, yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Udayana, terdapat kisah inspiratif dari sekelompok mahasiswa Politeknik Negeri Bali (PNB) dari jurusan Teknologi Informasi yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Robotika.
Salah satu anggota tim, Safira Nayla Ramadhani, mengatakan bahwa ia terinspirasi dari para senior di UKM Robotika yang sering membuat alat-alat inovatif dan sukses meraih kemenangan. Melihat hal tersebut, timbullah keinginannya untuk ikut berkompetisi dan membangkitkan semangat anggota UKM lainnya. Berpartisipasi dalam ajang lomba ini menjadi bagian dari upaya memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat melalui teknologi.
Inovasi yang dibawa oleh tim berupa sistem deteksi jalan rusak berbasis computer vision yang dikombinasikan dengan Internet of Things (IoT). Dimana, sistem dirancang untuk memantau kondisi jalan secara otomatis. Fungsi kamera berguna untuk mendeteksi kerusakan jalan dan sensor GPS mencatat titik koordinat lokasi tersebut. Kedua data itu akan dikirim ke aplikasi yang dapat diakses oleh pihak berwenang, seperti Dinas Perhubungan. Dengan demikian, proses monitoring jalan dapat dilakukan dengan lebih cepat, efisien, dan hemat biaya tanpa perlu mengerahkan banyak personel untuk melakukan survei lapangan.
Proyek ini dikembangkan sejak bulan Januari, dengan pengujian yang berlangsung dari Februari-Maret. Uniknya, proyek ini merupakan bagian dari topik skripsi Safira sendiri. Ia memanfaatkan kompetisi ini sebagai ajang uji coba sebelum mengembangkannya lebih lanjut. Dengan semangat eksploratif dan visi yang jelas, tim ini menunjukkan bagaimana kompetisi bisa menjadi batu loncatan untuk riset yang lebih dalam.
Namun, selama perjalanan yang mereka lewati dan beberapa rintangan yang dihadapi. Tantangan terbesar yang dialami oleh Safira dan timnya adalah melakukan pelabelan dataset. Mereka harus membuat dan memberi label pada 1.000 gambar jalan berlubang satu per satu. Menurut Safira, tidak ada teknik khusus yang digunakan selama masa persiapan, yang penting adalah semangat untuk terus belajar dan tidak menyerah.
Safira juga membagikan pengalamannya saat pertama kali mengikuti kompetisi sebelumnya. Ia pernah mengalami berbagai kegagalan, mulai dari robot meledak dua hari sebelum lomba, dinamo mati sehari sebelum lomba, hingga alat yang masih mengalami gangguan satu minggu sebelum kompetisi dimulai. Pengalaman tersebut sempat membuatnya berpikir untuk berhenti ikut lomba. Namun disisi lain, ia merasa jika bukan dirinya yang melanjutkan semangat dari kakak-kakak robotika, siapa lagi yang akan memberikan motivasi kepada adik-adik di UKM?
Bagi Safira dan timnya, kemenangan bukanlah segalanya. Akan tetapi, mereka percaya bahwa pengalaman, proses belajar, serta relasi yang dibangun selama lomba jauh lebih berharga daripada sekadar membawa piala. Dengan semangat tersebut, mereka ingin terus melanjutkan langkah mereka di bidang teknologi baik melalui kompetisi, maupun dengan melanjutkan studi.
Dengan membaca jurnal, mencari tutorial, dan membuka diri terhadap ide-ide adalah kunci dalam menciptakan karya yang inovatif. Ia juga mengingatkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Optimisme dan ketekunan dalam menghadapi tantangan akan memberikan hasil yang berharga di masa depan, meskipun hasil itu tidak selalu datang secara instan.
Dengan demikian, mereka berharap menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya keluarga besar UKM Robotika. Bahwa setiap usaha dan kerja keras pasti akan membuahkan jejak yang berarti, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat luas. (rst, agy, nrs, ayt, pdi)