Menjadi seseorang yang terlahir istimewa tidak menjadi penghalang dalam menjalankan cita-cita mereka dalam berkarya. Sebab, mereka terus bekerja lebih keras dalam mengejar setiap langkah yang luar biasa, yang dimana tidak semua orang dapat melakukannya. Nilai ini dibuktikan oleh seniman berbakat yang terlahir dengan keistimewaan dari Bali, yaitu I Gusti Ngurah Krisna Adi. Putra kedua dari pasangan Bapak I Gusti Lanang Putu dan Ibu Jro Puspita Sari ini menunjukkan bahwa kekurangan bukanlah sebuah alasan, akan tetapi menjadi acuan yang dapat memotivasi untuk tetap mengoptimalisasi bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
Ketertarikan seniman muda yang lahir di Dusun Badeg Kelodan, Desa Sebudi Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem pada tanggal 25 desember 1997 ini dalam dunia fashion sudah dirasakan saat beliau menginjak bangku SD. Sejak SMP, Krisna mulai belajar tentang dunia menjahit hingga memasuki SMA dan kerap mengikuti beberapa lomba yang di mana beliau merancang sebuah busana untuk boneka barbie yang direalisasikan seakan-akan menjadi seorang fashion designer. Saat itu, Krisna mulai menjual seluruh hasil kerajinannya. Sembari menunggu masuk universitas, ia mengambil kursus menjahit dan melanjutkan studi dengan mengambil jurusan desain fashion di Institut Seni Indonesia, Denpasar.
Krisna mulai mendalami bidang desain fashion dan menerima beberapa pesanan, baik pakaian pria, wanita, dan anak-anak. Selain itu, anak kedua dari tiga bersaudara ini, yang lulus dengan karya fashion terbaik pertamanya, menerima predikat Cum Laude. Semakin serius menekuni dunia desain fashion, Krisna telah menjuarai salah satu kompetisi desain fashion yang diselenggarakan oleh pemerintah Bali, yaitu Bali Designpreneur 2022. Selain itu, beliau juga pernah membuat kimono etnik untuk Alffy Rev di Wonderland Indonesia 2. Sebab, Krisna merasa dunia fashion yang beliau lakukan hingga saat ini seperti berkesenian di canvas hidup yang dapat menarik perhatian banyak orang.
Karya yang masih memiliki kesan bagi beliau adalah sebuah karya fashion art design yang merupakan karya dari Tugas Akhir beliau. Karya tersebut terinspirasi dari sebuah tradisi yang berasal dari Karangasem, yaitu Siat Sarang. Adanya peran orang tua yang begitu besar dan paling terdepan sejak kecil hingga sekarang dalam mendukung segala hal yang Krisna lakukan, menumbuhkan rasa percaya dirinya menjadi semakin tinggi.
Selama proses menekuni karir di bidang desain fashion, tentu banyak suka dan duka yang beliau alami. Krisna harus mengatasi banyak rintangan untuk sampai di tahap ini, seperti karena takut bertemu banyak orang atau kesulitan dalam mencari bahan seperti kain yang tempatnya cukup jauh, sementara saat itu ia tidak bisa berkendara menjadi salah duanya. Namun, semua hal itu tidak menjadi penghalang bagi Krisna. Bahkan, saat ini pencapaian Krisna sudah berada di tahap memiliki brand sendiri, yaitu @makara.signature. Di mana beliau menjual karyanya dengan metode Ready to Wear secara online, offline atau mengunjungi client, serta menerima pesanan custom dengan desain khusus.
Beliau mempunyai harapan untuk menginspirasi banyak orang melalui karyanya. Beliau ingin menunjukkan bahwa keterampilan, bakat, dan keberanian adalah kunci utama bagaimanapun kondisi kita dan bahwa para penyandang disabilitas mempunyai kualitas dan kemampuan yang sama. “Jadilah dirimu sendiri, anggap dirimu istimewa, hargai dirimu sendiri, dan jangan pernah mencoba menjadi orang lain,” pesan Krisna.
“Kemajuan teknologi seperti kapak di tangan seorang penjahat patologis,” sebuah...
Ni Kadek Prima Gayatri adalah seorang mahasiswa yang sangat inspiratif...
I Wayan Edi Arsawan, S.E., M.M. atau yang kerap disapa...
Menjadi seseorang yang terlahir istimewa tidak menjadi penghalang dalam menjalankan...
Angga dan Indi merupakan mahasiswa Program Studi D4 Teknik Otomasi,...
Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) merupakan salah satu ajang talenta...
“Artificial Intelligence” (Al) atau biasa disebut teknologi kecerdasan buatan, memiliki...
Bagaimana mahasiswa dapat mengatasi tantangan adaptasi dalam menghadapi era disrupsi?
Menjadi seseorang yang terlahir istimewa tidak menjadi penghalang dalam menjalankan cita-cita mereka dalam berkarya. Sebab, mereka terus bekerja lebih keras dalam mengejar setiap langkah yang luar biasa, yang dimana tidak semua orang dapat melakukannya. Nilai ini dibuktikan oleh seniman berbakat yang terlahir dengan keistimewaan dari Bali, yaitu I Gusti Ngurah Krisna Adi. Putra kedua dari pasangan Bapak I Gusti Lanang Putu dan Ibu Jro Puspita Sari ini menunjukkan bahwa kekurangan bukanlah sebuah alasan, akan tetapi menjadi acuan yang dapat memotivasi untuk tetap mengoptimalisasi bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
Ketertarikan seniman muda yang lahir di Dusun Badeg Kelodan, Desa Sebudi Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem pada tanggal 25 desember 1997 ini dalam dunia fashion sudah dirasakan saat beliau menginjak bangku SD. Sejak SMP, Krisna mulai belajar tentang dunia menjahit hingga memasuki SMA dan kerap mengikuti beberapa lomba yang di mana beliau merancang sebuah busana untuk boneka barbie yang direalisasikan seakan-akan menjadi seorang fashion designer. Saat itu, Krisna mulai menjual seluruh hasil kerajinannya. Sembari menunggu masuk universitas, ia mengambil kursus menjahit dan melanjutkan studi dengan mengambil jurusan desain fashion di Institut Seni Indonesia, Denpasar.
Krisna mulai mendalami bidang desain fashion dan menerima beberapa pesanan, baik pakaian pria, wanita, dan anak-anak. Selain itu, anak kedua dari tiga bersaudara ini, yang lulus dengan karya fashion terbaik pertamanya, menerima predikat Cum Laude. Semakin serius menekuni dunia desain fashion, Krisna telah menjuarai salah satu kompetisi desain fashion yang diselenggarakan oleh pemerintah Bali, yaitu Bali Designpreneur 2022. Selain itu, beliau juga pernah membuat kimono etnik untuk Alffy Rev di Wonderland Indonesia 2. Sebab, Krisna merasa dunia fashion yang beliau lakukan hingga saat ini seperti berkesenian di canvas hidup yang dapat menarik perhatian banyak orang.
Karya yang masih memiliki kesan bagi beliau adalah sebuah karya fashion art design yang merupakan karya dari Tugas Akhir beliau. Karya tersebut terinspirasi dari sebuah tradisi yang berasal dari Karangasem, yaitu Siat Sarang. Adanya peran orang tua yang begitu besar dan paling terdepan sejak kecil hingga sekarang dalam mendukung segala hal yang Krisna lakukan, menumbuhkan rasa percaya dirinya menjadi semakin tinggi.
Selama proses menekuni karir di bidang desain fashion, tentu banyak suka dan duka yang beliau alami. Krisna harus mengatasi banyak rintangan untuk sampai di tahap ini, seperti karena takut bertemu banyak orang atau kesulitan dalam mencari bahan seperti kain yang tempatnya cukup jauh, sementara saat itu ia tidak bisa berkendara menjadi salah duanya. Namun, semua hal itu tidak menjadi penghalang bagi Krisna. Bahkan, saat ini pencapaian Krisna sudah berada di tahap memiliki brand sendiri, yaitu @makara.signature. Di mana beliau menjual karyanya dengan metode Ready to Wear secara online, offline atau mengunjungi client, serta menerima pesanan custom dengan desain khusus.
Beliau mempunyai harapan untuk menginspirasi banyak orang melalui karyanya. Beliau ingin menunjukkan bahwa keterampilan, bakat, dan keberanian adalah kunci utama bagaimanapun kondisi kita dan bahwa para penyandang disabilitas mempunyai kualitas dan kemampuan yang sama. “Jadilah dirimu sendiri, anggap dirimu istimewa, hargai dirimu sendiri, dan jangan pernah mencoba menjadi orang lain,” pesan Krisna.